Sabtu, 07 Januari 2012

Nikmatnya Ikan Sema Masak Bambu Khas Pagaralam

Menu di Pagaralam yang paling saya suka adalah ‘Ikan Sema Masak Bambu’. Sebuah masakan khas Pagaralam yang rasanya dahsyat … Bumbunya terdiri dari cabe merah, bawang putih, laos, kunyit, jahe, sereh dan kemiri yang digerus halus, lantas diberi tomat ceri dan daun salam.
Setelah di oles bumbu, ikan langsung dibungkus dengan daun pisang dan dibiarkan selama 10 menit, baru kemudian dimasukkan dalam bambu (ini masakan tradisional dari jaman baheula dimana saat itu belum ada yang namanya panci, jadi kalau mau masak yang kuah kuah ya pakai bambu. Bambunya bambu muda, karena bambu muda akan menghasilkan rasa manis dan aroma yang harum khas.
Seperti cara kerja panci yang musti di tutup ketika merebus, bambu juga perlu di tutup supaya masakan lebih cepat matang dan aromanya lebih tajem. Cara nutupnya? dengan di ‘ganjel’ sama daun pisang yang dilipat lipat lalu dimasukkan ke dalam bambu.
Setelah itu langsung deh dibakar. Selama di bakar juga perlu sering diputar supaya matangnya lebih merata dan yahui … dibakarnya sekitar 20 menitan. Oya, selain ikan, kami juga membuat Ayam masak Bambu.
Resepnya sama, cuma tanpa kemiri dan untuk bumbu ayam, semua bahan tidak usah di gerus, cukup di iris tipis saja. Setelah itu ayam kampung mentah yang sudah dibersihkan langsung dimasukkan ke bambu beserta dengan bumbu bumbunya dan kemudian ditambahkan air dan garam secukupnya. Untuk ayam, karena dagingnya lebih keras dibanding ikan, maka membutuhkan waktu pembakaran yang lebih lama, yakni 40 menit.
Oya warga Pagaralam asli sendiri biasa menyebut diri mereka warga basemah. Nah mereka memiliki tradisi yang disebut Pantauan, yaitu sebuah acara makan makan besar dengan mengundang para tetangga untuk menyambut tamu yang datang ke rumahnya (hehehe tentu tamunya adalah saya). Jadi pengen seneng heheee … lauknya? ya ini Ikan dan Ayam Masak Bambu dan beberapa lauk lainnya.

Besemah Dalam Sejarah Legenda

                        

orang-orang Basemah pernah dituliskan oleh JSG Grambreg, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang ditulisnya tahun 1865 sebagai berikut : " Barang siapa yang mendaki Bukit Barisan dari arah Bengkulu, kemudian menjejakkan kaki di tanah kerajaan Palembang yang begitu luas dan barang siapa yang melangkahkan kakinya dari arah utara Ampat Lawang (negeri empat gerbang) menuju ke dataran Lintang yang indah, sehingga ia mencapai kaki sebelah Barat Gunung Dempo, maka sudah pastilah ia di negeri orang Pasemah. Jika ia berjalan mengelilingi kaki gunung berapi itu, maka akan tibalah ia di sisi timur dataran tinggi yang luas yang menikung agak ke arah Tenggara, dan jika dari situ ia berjalan terus lebih ke arah Timur lagi hingga dataran tinggi itu berakhir pada sederetan pengunungan tempat, dari sisi itu, terbentuk perbatasan alami antara negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah kekuasaan Hindia Belanda".

Dari kutipan itu tampak bahwa saat itu wilayah Pasemah masih belum masuk dalam jajahan Hindia Belanda. Operasi-operasi militer Belanda untuk menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama, dari 1821 sampai 1867 Johan Hanafiah budayawan Sumatra Selatan, dalam sekapur sirih buku Sumatra Selatan Melawan Penjajah Abad 19 tersebut menyebutkan bahwa perlawanan orang Pasemah dan sekitarnya ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan abad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya. Johan Hanafiah juga menyatakan bahwa pada awalnya orang-orang luas, khususnya orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah. Orang Inggris, seperti Thomas Stamford Rafless yang pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811) dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnya dengan Passumah. Dalam The British History in West Sumatra yang ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah berani dari tanah Passumah pernah menyerang distrik Manna (salah satu nama kota di bengkulu selatan) tahun 1797.

Disebutkan pula bahwa pada tahun 1818, Inggris mengalami dua malapetaka di daerah-daerah Selatan yakni perang dengan orang-orang Passumah dan kematian-kematian karena penyakit cacar. Pemakaian nama Passumah sebagaimana digunakan oleh orang Inggris tersebut rupanya sudah pernah pula muncul pada laporan orang Portugis jauh sebelumnya.

Nama Pasemah yang kini dikenal sebetulnya adalah lebih karena kesalahan pengucapan orang Belanda, demikian menurut Mohammad Saman seorang budayawan dan sesepuh besemah. Adapun pengucapan yang benar adalah Besemah sebagaimana masih digunakan oleh penduduk yang bermukim di Pagaralam Suku Besemah, yang sering disebut sebagai suku yang suka damai tetapi juga suka perang (Vrijheid lievende en oorlogzuchtige bergbewoners) adalah suku penting yang terdapat di Sumatera Selatan. Pada zaman sebelum Masehi (SM), pada peta yang dibuat oleh Muhammad Yamin, belum tampak nama suku-suku lain yang tercantum, kecuali suku Besemah. Local Jenius Suku Besemah, sebagai salah satu pemilik kebudayaan Megalitikum, disebut suku yang memiliki local genius. Tetapi sayang, tidak diwariskan kepada anak-cucu (keturunannya).

Mengenai asal-usul suku Besemah, hingga saat ini masih diliputi kabut rahasia. Yang ada hanyalah cerita-cerita yang bersifat legenda atau mitos, yaitu mitos Atung Bungsu, yang merupakan salah satu di antara 7 orang anak ratu (= raja) Majapahit, yang melakukan perjalanan menelusuri sungai Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim di dusun Benuakeling.

Atung Bungsu menikah dengan putri Ratu Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih). Melalui keturunannya :

Bujang Jawe (Puyang Diwate),
Puyang Mandulike,
Puyang Sake Semenung,
Puyang Sake Sepadi,
Puyang Sake Seghatus,
dan puyang Sake Seketi
yang menjadikan penduduk Jagat Besemah. Cerita tentang asal-usul suku Besemah sangat mistis, irasional, dan sukar dipercaya kebenarannya. Masalahnya bukan persoalan benar atau salah, dipercaya atau tidak, akan tetapi unsur yang sangat penting dalam mitos atau legenda adalah peran dan fungsinya sebagai pemersatu kehidupan suatu masyarakat (jeme Besemah). Mitos atau legenda ini dapat menjadi antisipasi disintegrasi kesatuan dan persatuan jeme Besemah di mana pun mereka berada. Hal ini sudah sudah tampak dalam beberapa dekade, terutama setelah pemerintahan marga dihapuskan (UU No.5 Tahun 1979). Perlu selalu ditanamkan perasaan dan keyakinan bahwa jeme Besemah itu (termasuk jeme Semende dan jeme Kisam) berasal dari satu keturunan BERDIRINYA DUSUN DI JAGAT BESEMAH Puyang Kunduran membuat dusun Masambulau (Ulu Manak) dan di kemudian hari anak-cucunya membuat dusun Gunungkerte, termasuk Sumbay Besak (Sumbay Besar), Puyang Keriye Beraim membuat dusun Gunungkaye, dan Sumur. Kemudian anak-cucu Keriye Beraim membuat dusun Talangtinggi dan Muarajauh (Ulu Lurah), Puyang Belirang membuat dusun Semahpure dan anak cucunya pindah pula membuat dusun di Ulu Manak. Puyang Raje Nyawe pindah pula membuat dusun Perdipe, Petani dan Pajarbulan.

Anak cucunya pindah pula membuat dusun Alundua, Sandarangin, Selibar, Rambaikace, Sukemerindu, Kutaraye, Babatan, Sadan, Nantigiri, Lubuksaung, Serambi, Bendaraji, Ulu Lintang Bangke, Singapure, Buluhlebar, Gunungliwat, Tanjungberingin, Ayikdingin, Muarasindang, Tebatbenawah, Rempasai, Karanganyar, semuanya masuk Sumbay Besak. Puyang Raje Nyawe pindah ke Semende, membuat dusun Pajarbulan.

Puyang Raje Nyawe kembali ke dusun Perdipe menyebarkan agama Islam dan adat istiadat perkawinan secara islami. Dari Semende banyak penduduk yang pindah keKisam dan masih banyak cerita mengenai pendirian dusun-dusun di Tanah Besemah ini.

Sistem Pemerintahan Tradisional Sistem pemerintahan tradisional di daerah Besemah disebut Lampik Empat Merdike Due yang dipimpin oleh kepala-kepala sumbay. Besemah waktu itu merupakan suatu republik yang paling demokratis. Tanggungjawab dan kesetiaan sangat ketat dibina oleh orang Besemah. Rasa solidaritas dan loyalitas yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan prajurit-prajurit Besemah dapat melakukan perlawanan terhadap Kolonialisme.Dari kutipan itu tampak bahwa saat itu wilayah Pasemah masih belum masuk dalam jajahan Hindia Belanda. Operasi-operasi militer Belanda untuk menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama,dari 1821 sampai 1867 Johan Hanafiah budayawan Sumatra Selatan, dalam sekapur sirih buku Sumatra Selatan Melawan Penjajah Abad 19 tersebut menyebutkan bahwa perlawanan orang Pasemah dan sekitarnya ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan abad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya. Johan Hanafiah juga menyatakan bahwa pada awalnya orang-orang luas, khususnya orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah. Orang Inggris, seperti Thomas Stamford Rafless yang pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811) dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnya dengan Passumah. Dalam The British History in West Sumatra yang ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah berani dari tanah Passumah pernah menyerang distrik Manna (salah satu nama kota di bengkulu selatan) tahun 1797.
@Posted by darmawanfikri

ARTI DAN MAKNA KOTA PAGAR ALAM

  • ARTI DAN MAKNA KOTA PAGAR ALAM

                                                            
                                                      KOTA PAGAR ALAM
    1.
    a.
    Padi berjumlah 17 (tujuh belas) butir melambangkan tanggal 17 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;
    b.
    Bambu runcing 2 (dua) buah, setiap bambu terdiri dari 4 ruas, sehingga berjumlah 4 ruas, melambangkan bulan 8 (bulan delapan), bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;
    c.
    5 (lima) tandan kopi, setiap tandan terdiri dari 9 (sembilan) buah biji, sehingga berjumlah 45 (empat puluh lima) buah biji, melambangkan tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

    2.
    a.
    Bambu runcing melambangkan Kota Pagar Alam;
    b.
    Pita warna merah putih pengikat bambu runcing melambangkan eratnya ikatan persatuan dan kesatuan rakyat dalam melawan penjajah.

    3.
    a.
    Pita bertuliskan “BESEMAH KOTA PERJUANGAN” terdiri dari 21 (dua puluh satu) hurup melambangkan tanggal berdirinya Kota Pagar Alam sekaligus motto yang mengandung pengertian bahwa perjuangan masyarakat besemah belum selesai dan akan terus berlanjut;
    b.
    Bangunan gedung berjumlah 6 (enam) buah, melambangkan bulan 6 (bulan juni) bulan berdirinya Kota Pagar Alam;

    c.
    Rumah adat besemah berwarna hitam berjumlah 2001, melambangkan tahun berdirinya Kota Pagar Alam, penulisan Kota Pagar Alam terdiri dari dua suku kata;
    d.
    Tulisan Pagar Alam pada atap rumah adat besemah berwarna putih.

    4.
    a.
    Gunung Dempo merupakan ciri khas geografi Daerah Kota Pagar Alam;
    b.
    Bangunan gedung di lembah Gunung Dempo melambangkan Kota;
    c.
    Latar belakang Gunung Dempo berwarna biru muda, melambangkan daerah perkebunan/pertanian dimana mayoritas masyarakatnya petani.

    5.
    a.
    Petak warna putih, melambangkan cita-cita luhur dan kesucian;
    b.
    Petak warna hijau daun, melambangkan kesuburan tanah.

SEJARAH TERBENTUKNYA DESA PAGAR ALAM

Diceritakan bahwa nenek moyang (kepuyangan) Pagar Alam berasal dari Pasemah Pagar Alam Yang sengaja merantau untuk mencari kebun yang baru. Dahulunya dusun Pagar Alam berada di Muara Air Kelam kemudian mengalami perpindahan sampai 4 kali, yaitu:
  • Ke Desa Pelajaran (pinggir Air Kelam)
  • Ke Desa Penantian,
  • Ke Desa Lawang Agung
  •  setelah itu pindah lagi ke Tanjung Limus (Pagar Alam sekarang)
Desa Pagar Alam memiliki 3 kepuyangan yaitu:
  • Puyang  Kedum
  • Senarum (Pangeran)
  • Raden Layangan
Diceritakan sekilas oleh nara sumber bahwa Puyang Kedum memiliki kesaktian yaitu bisa terbang ke pasemah, hal ini dikisahkan semasa anak beliau mau menikah gong atau canang untuk menikahkan itu tidak ada jadi dengan kesaktian beliau pergi mengambilnya ke Pasemah dan sampai sebelum acara pernikahan dimulai.
Desa Pagar Alam dulunya bernama dusun Tanjung Limus, sebab dinamakan Tanjung Limus karena disitu dulunya terdapat pohon limus (ambacang) yang letaknya di penanjungan dusun.
Pada tahun 1912 dengan petunjuk dari seorang tokoh masyarakat yang bernama Dul Bantan maka dirubahlah dusun Tanjung Limus menjadi Desa Pagar Alam. Dinamakan Pagar Alam karena atas petunjuk dari puyang ketunggalan Pasemah untuk membawa nama Pagar Alam ke daerah yang mereka tempati.
@http://sejarahpadangguci.blogspot.com

Kosa-kata Base Dusun/Besemah

A
Angget  = sisa
Akap = pagi / gelap
Aghi = hari
Angat = panas
Anjam = senang
Ayek = air
awangan, jendele = jendela
enjagal = menyusul
anti-antik = tempat nyantai 
agang=berkendara'an sangat cepat
Anak = Panggilan mertua kpd Anak mantu,

B
Beghas = beras
Badouki = pukuli
Badah = tempat
Benyai = tak berasa
berugsik = maen
Beliau banyak = Panggilan mantu kpd mertua,
Baktue = Kakak laki-laki dr bpk,
Becelane=memakai celana
Bebaju=memakai baju bekagokan = hajatan
begarehan = ngobrol antara cewe n cowo
belindap  = berteduh
batas = sudut
bapak = bapak
bapang bisan = bapak mertua dr kakak atau adik
beganti = setia kawan celudu = kelewat
Bebanci = Bersih2
Bejighat=kusut
Besiang = Membersikan Rumput
Beragam Suduk = Bercanda kelewatan
Barot = baju
Berupok = berpikir
Berende = teras
Bajekka = disimpan
Bekatew = ngences/ngiler
Bekayu = singkong
besile = ubi jalar/ketela
besenai = pelan
besiang=membersihkan rumput di kebun
bange = bodoh
belagak = bagus,cantik,cakep
belage = berkelahi
beligat = berputar
berasan = kompromi/diskusi
beragam = bercanda Belange = wajan 
Balau = Tumbak Kele ncakagh agi
Berteh = Maling
Bebunting =
Barot = baju n celana
Basoh = cuci
Betunak =

C
Cancungi = marahi
cakgum = melompat dari atas ke bawah
Cung kedire = tomat
Cecangka/memelakah=ada-ada saja
cakgoum = loncat ke air....hahahahahahahahha
Cenila = sandal
Cecingal = lirik kiri kanan
Cecangka/memelakah=ada-ada saja
Calak = pintar,cerdik
cacak pacak = sok pintar
Cengkrang = Alat Sabit/Potong Rumput
cecengeh = senyum gak jelas
cubuk,canting = alat mengambil/pengukur berat beras
Cung kedire = tomat

D
Diket = dikit
Dimane = dimana
Dikinak = dilihat
Dek ngajong = tak disuruh
Dedilat/lelenyes = ngeledek
Dangau/punduk = Rumah Kecil
Duage = pintuEgghap = Iris tipis
duaghe = pintu 
Denie = dunia
denga = dia (perempuan)

E
Emben = tempat tidur nenek anang
enjagal = mengejar entue = mertua 

F

G
Guringanga' = berguling-guling
gegauk = menjerit
Gelmat = pelapon
Gereng = Sakit
Ghenyai = Gerimis
Gancang = Cepat
Ghudu = Botol
ghangke = ramah
Ghelok = Toples
ghungaw = mengantuk akibat kurang tidur
gale = semua

H
hawing,ihek = sobek

I
ibatan = nasi bungkus
ingunan = peliharaan
ipagh = ipar (perempuan)
ibung = bibi
ilok = bagus
injik = suka
ibatan = bungkusan makanan 

J
Judoh = jodoh
Jegelkah mate = buka mata
Jabalan,  berteh = Maling
jerang = sebentar sekali
Jemme = orang
jejelenge/bange/buyan = bodoh
Jejelenge tapai = Kolokan, kekanak kanakan/sedikit oon
Jerambah = jembatan
jegheng = jengkol

K
Kite = kita
Keruan = tau
Kandek = untuk
Kecek = kecil
kaba = dia (laki-laki)
kelawai = saudara perempuan
kele = nanti
kudai = tunggu sebentar
Kedengkik = babai hutan
Kaput,Keduro,Keduk = Babi
kancut = pakaian bekas Kekibang = Orang2an Sawah
karuk = jelek
kele = nanti
kaput = babi
kudai = nanti, tunggu sebentar 

L
Linjang = suka sama cewe
Liwat = lewat
Lenget = hilang
Luyak = lembut
lautan = ipar (laki-laki)
likus,kebat=ikat kebual: pipi
lambing = tembem
lelenyes = cengengesan
lunde = lebai
lentadak = sejenis belalang
langguk = sombong
libagh = luas
Lebuska =ungkapka 

M
Maseh gi ade = masih ada
Majo = makan
Mato (mato pule) = Boro2
Memanyok = Setengah matang
Mikat = Menangkap
Njale=menangkat ikan dengan jaring
Mutigh = Metik/panen
Meriwil = Membersikan tunas
Mulik = tiduran
Mbue = abu
mbabas = membersihkan rumput yang sudah besar (belukar)
mantau = memanggil
Mbue = Sisa pembakaran
makan liot = makan di rumah orang lg hajatan
mamak = paman
melawan = berani 

N
Nuleh = lihat kiri/kanan
Ncakagh = ncari
Nanak = masak  Ndangok = melamun
Nining lanang=kakek (laki-laki)
nduk = ibu,
ndung bisan = ibu mertua dr kakak atau adik
nyurum=pakai
nyurumka=memakaikan
nyegut = ngambek
Nining betine=nenek (perempuan)
Ngarit = Memotong Padi
Ngeda = makan gulai dek benasi
Ngerimot = Mengkerut
nutus = memukul
Nanak = Masak
Ngamben = Nggendong dari belakang
Ncelingkek/Nceli'eng = mencolok/nangkring ditempat yg tinggi
Ncero'ol = tiba-tiba nongol
Nenggalat = pergi ga tau tujuan
ngibat = membungkus makanan
Nukar = melampar
Ngudut = merokok 
Ncuit = Melenting, naik sebelah
ngibal = jalan2

O

P
Peghot = perut
Peghulehan = pendapatan
Petang = sore
pandu'an = menyalakan api dg kayu / tatal
Peghiok = tempat masak nasi pake tungku
Pajohan = Makanan
Pantau = Panggil
Pangkur,Garuk = Cangkul
Pemeruput = Pengunjing (membicarakan orang lain)
Pangkeng,antek-antek = tempat duduk biasanye di buat isan di buluh
Peribangan = pacar, orang yang disenangi
pauk = kolam ikan
Puntong = Kayu Bakar
pengeghet = pelit 

Q

R
Rencane = rencane
Ribang = Senang 
renjih = suka dgn seseorang
rengis = tempramen

S
Sandi = dari
Sidu = sendok
Sirap = sampai
Saje = saja
Sekendak = semaunya
saghak = cerai
semban = kain panjang
seget = robek
saput = selimut
Semangai = bahagia
Sendaok = Kacian
Sangsile = kates = papaya
Samlile = Sawo
suduk = Bercanda Keterlaluan/kelewatan
seghut = banyak rumputnya
se nduayan = istri kakak beradik atau dua orang laki-laki yg istrinya bersaudara
senampur = tunggu sebentar
serindak = caping/topi dari bambu/daun pandan untuk perempuan
Setue, ne'ngau = Harimau
Sengkuit = Alat Sabit/Potong Rumput
senampur = sebentar 

T
Teghase = terasa
Tunak =nikah
Taghok = sayur dedaunan
tirraw/ tigaw =jamur
Tegagau = Kaget
Tekelap = Tidur dengan Nyenyak
tunak = betah di rumah
tembacang = di bohongi
tidok panas = tidur siang
Telaboh = Jatuh
Tebok / tekok = lubang 

U
Ilam = lalapan
Umme = kebun 
uncam2 = makan sedikit sekedar pengganjal
ughal = berulang-ulang
Umak tue/Maktue = Kakak perempuan dr ibu V
ulas karok = muka jelek
ubak = penjara

W
WARANG = panggilan untuk kedua besan
wa'an= pak de 

X

Y

Z